Senin, 15 Agustus 2016



Aku akan selalu ada, dalam wujud apapun ketika engkau mau. Maaf, karena aku hanya bisa menemanimu dalam batas yang tak seberapa ini. Lagi-lagi, diam lebih memilih untuk tetap tinggal dalam relung-relung jiwaku. Mengikat kuat mulutku untuk bertutur indah kepadamu.
Andai aku mampu, akan kuluapkan segala bentuk rasa yang telah menjelma menjadi suka, tawa, duka, dan pedih. Rasa ini bukanlah pilihan yang ingin aku turuti. Apalagi jurang pemisah diantara kita semakin nyata.

Aku benci untuk mengatakan bahwa aku sangat-sangat ingin membahagiakanmu. Karena aku tahu bahwa aku jauh dari kata pantas untuk melakukan itu. Perlukah aku menyampaikan ini? Kau bukanlah yang sempurna, namun kau adalah sosok terbaik yang pernah aku temui. Sampai-sampai aku takut menyakitimu.

Aku pun memilih untuk tidak mengungkapkan cinta ini kepada siapapun. Iya, siapapun. Termasuk kepada dirimu yang telah lama menjadi bagian dariku. 

Bahkan aku masih tak juga mengerti, mengapa semua rindu itu akan kembali bermuara di tempat seharusnya ia terjatuh? Aku sangat ingin bertanya ini kepadamu, dan aku tak butuh kau menjawab dengan rangkaian kata-kata. Karena aku sangat ingin melihat jawaban itu langsung dari kedua matamu, saat kau menatapku.

Satu hal yang aku tahu. Sungguh, aku merasa tenang dengan hanya berada di sampingmu. Dan bodohnya diriku, baru menyadari itu disaat semua sudah semakin terlambat.


0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.