Aku akan selalu ada, dalam wujud apapun ketika engkau mau. Maaf,
karena aku hanya bisa menemanimu dalam batas yang tak seberapa ini. Lagi-lagi,
diam lebih memilih untuk tetap tinggal dalam relung-relung jiwaku. Mengikat kuat
mulutku untuk bertutur indah kepadamu.
Andai aku mampu, akan kuluapkan segala bentuk rasa yang telah
menjelma menjadi suka, tawa, duka, dan pedih. Rasa ini bukanlah pilihan yang
ingin aku turuti. Apalagi jurang pemisah diantara kita semakin nyata.
Aku benci untuk mengatakan bahwa aku sangat-sangat ingin
membahagiakanmu. Karena aku tahu bahwa aku jauh dari kata pantas untuk melakukan
itu. Perlukah aku menyampaikan ini? Kau bukanlah yang sempurna, namun kau adalah
sosok terbaik yang pernah aku temui. Sampai-sampai aku takut menyakitimu.
Aku pun memilih untuk tidak
mengungkapkan cinta ini kepada siapapun. Iya, siapapun. Termasuk kepada dirimu yang telah lama menjadi bagian dariku.
Bahkan aku masih tak juga mengerti, mengapa semua rindu itu
akan kembali bermuara di tempat seharusnya ia terjatuh? Aku sangat ingin
bertanya ini kepadamu, dan aku tak butuh kau menjawab dengan rangkaian kata-kata.
Karena aku sangat ingin melihat jawaban itu langsung dari kedua matamu, saat
kau menatapku.
Satu hal yang aku tahu. Sungguh, aku merasa tenang dengan
hanya berada di sampingmu. Dan bodohnya diriku, baru menyadari itu disaat semua
sudah semakin terlambat.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.