Bisa jadi, aku tidak sebaik yang kau pikir. Entahlah
Aku merasa sangat tidak ada apa – apanya dibandingkan
sederet wanita yang mungkin pernah kau lirik sekali-dua kali dan pernah
terlintas dibenakmu untuk menjadikan mereka sebagai bagian dari dirimu.
Sedangkan aku? Aku tidak lebih dari ‘kecelakaan’ yang
mungkin saja tidak kau harapkan. Kau terlihat seperti membayar semua
kebersamaan yang terlanjur ada padahal jelas aku melihat dimatamu ada banyak
keraguan untuk memilihku sebagai bagian dari dirimu.
Aku sedih setiap kali aku memikirkan betapa aku tidak
dibutuhkan oleh orang – orang. Termasuk dirimu, mungkin.
Pikiran yang tidak – tidak ini akan selalu muncul. Kau terlihat
bersusah payah untuk menumbuhkan rasa sayang yang jelas – jelas masih kita
pertanyakan keberadaannya sampai detik ini. Semua makin diperparah dengan
keraguanku yang muncul dan hilang seenaknya. Jika dinalar, kita sangat mudah
hancur bukan?
Tapi ada satu hal yang membuatku selalu yakin padamu,
diantara banyak keraguan yang kita takuti bersama : Kita bahagia. Dan kita sama
– sama berusaha.
Sadar tidak? Atau hanya aku sendiri yang menyadarinya?
Benar
kata orang – orang, bahagia itu sederhana
Hanya dengan melakukan hal bodoh bersamamu, aku bahagia.
Hanya dengan mendengar kamu berbicara hal – hal aneh diluar
nalar, aku bahagia.
Hanya dengan berkelahi denganmu, sampai akhirnya kita
memilih untuk saling memaafkan dan memahami satu sama lain, aku bahagia.
Kamu tidak tahu dan mungkin tidak akan pernah tahu, betapa
aku memikirkan satu hal ini : jangan – jangan hanya aku yang menikmati
kebahagiaan ini sendirian sedangkan kamu tidak? Entahlah. Bisa saja kamu
berpura – pura tertawa di depanku. Agak aneh memang. Tapi kamu sendiri ragu
bukan terhadap perasaanmu? Di titik ini, aku merasa berjuang sendiri. Tidak ada
satupun ucap kalimatmu yang membuatku yakin bahwa kamu juga berusaha, sekeras
aku berusaha saat ini. Aku bahkan tidak tahu apakah kamu bahagia atau tidak
denganku.
Ah. Sudahlah. Jika apa yang aku tulis sejauh ini, tidak
lebih dari pikiran negeatif, setidaknya aku sudah membuangnya dan mencurahkan
semuanya lewat tulisan.
Setelah ini, aku harap aku menjadi pribadi yang lebih
tenang. Berhenti memikirkan hal – hal yang membuatku semakin takut.
Ingat, Ki. Ketakutan hanya membunuh semua keyakinan yang
kamu coba bangun. Berbahagialah.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.