Selalu
ada celah untuk menghargai masa lalumu. Kadang sesuatu disekitar kita
mengingatkan kita kepada hal – hal yang pernah membuat kita kecewa, tertawa
atau menangis di masa lalu. Kamu tersentak. Kemudian hanya ada satu hal yang
menghantui kepalamu : kuatkan dirimu. Lanjutkan apa yang ingin kamu lanjutkan,
dan perbaiki apa yang sudah jelas salah.
Sesederhana
ini seharusnya aku menghargai masa lalu, sebagai kisah yang Tuhan pernah
tuliskan untukku. Aku tidak akan pernah mengerti apa yang Tuhan mau rencanakan
selanjutnya. Saat ini, di tahun yang baru, aku hanya termenung akan waktu yang
bergerak maju begitu cepatnya.
Kau
tahu? Aku teringat banyak hal.
--------------------------
Hal pertama
yang aku ingat : Tuhan pernah mempertemukan aku dengan sosok laki – laki yang
begitu peduli, dan rela melakukan apa saja untukku. Sudah lama sekali, sekitar
5 tahun yang lalu. Semua yang terjadi diantara kami begitu indah sampai
akhirnya aku memilih untuk melepasnya. Aku yakin dia masih menganggap aku
wanita paling jahat di dunia karena meninggalkannya malam itu dengan wajah yang
dingin tanpa rasa sesal. Tanpa ia tahu bahwa hanya ada satu hal yang aku
pikirkan ketika meninggalkannya : setelah ini, kamu tidak akan dibuat marah,
kecewa, bahkan bersedih oleh wanita yang sama, aku. Setelah ini kamu tidak
perlu berpura – pura menjadi orang lain hanya untuk memuaskan aku yang
kekanak-kanakan ini. Kamu menggerutu sambil menahan air mata dan berkata “Rasa
bosan dalam pacaran itu biasa !”.
Aku bukan
wanita yang baik, tapi aku belajar untuk tulus kepada orang – orang
disekitarku. Bagiku, baik dan tulus itu dua hal yang berbeda. Aku mampu menjadi sang ‘baik’ hanya dengan
terus menerus menahanmu bersamaku, menciptakan suasana yang munafik diantara
kita berdua, kemudian berpura – pura bahagia atas hubungan yang sudah tidak
kita butuhkan lagi.
Dan aku
belajar untuk tulus, ketika aku benar – benar berpikir tentang kebaikanmu. Aku
tidak ingin masalahmu bertambah karenaku. Tidak usah kamu bepikir tentang
masalahku. Biarkan itu menjadi urusanku.
Orang – orang
berkata dengan mudahnya “Jangan menyerah dengan hubunganmu. Berbahagialah
dengan memaafkan kesalahan dan pertengkaran yang pernah ada dan mulai lagi dari
nol !” tanpa berpikir bahwa tidak semua hal di dunia ini bisa aku perbaiki
sendiri. Itulah mengapa manusia serakah dan egois ketika mereka memilih untuk
menebang hutan paru – paru dunia dan menggantinya dengan gedung pencakar
langit. Aku lah manusia yang serakah dan egois itu. Akulah manusia yang
berpikir tentang betapa pentingnya gedung pencakar langit itu dibangun karena
manusia pasti membutuhkannya untuk industri, untuk perekonomian dunia, untuk
perut manusia yang lapar dan penuh akan nafsu. Apakah dibangunnya gedung
pencakar langit seburuk itu? Mungkin iya bagi beberapa orang. Namun tidak juga
bagi beberapa lainnya.
------------------------------
Hal kedua
yang aku ingat : Tuhan juga pernah mempertemukanku dengan sosok laki – laki yang
siap melindungiku dan begitu menyayangiku. Begitu banyak perbedaan diantara
kita, diantara isi kepala kita. Awalnya itu bukan masalah bagiku. Namun seiring
berjalannya waktu, rupanya itulah sumber utama masalah. Kau tahu, terkadang
kita tidak bisa mengerti dengan cara seseorang menunjukkan rasa sayangnya
terhadap kita. Aku hanya tidak bisa menerima cara yang ia lakukan terhadapku,
terlepas dari segala perbedaan dan restu keluarga yang tidak kami dapatkan.
Satu hal
yang aku tahu, dia tidak mau lagi mengenalku. Hanya itu. Dia
tidak marah, hanya saja dia ingin lepas dari aku yang menjadi masa lalu
terpahit baginya.
Pada titik
ini aku sangat sadar bahwa seseorang yang kita kenal sekarang akan menjadi
seseorang yang berbeda seiring berjalannya waktu. Bukan karena dia berubah.
Belum tentu.
Hal ini bisa terjadi ketika seseorang tidak menunjukkan
jati dirinya yang sesungguhnya sewaktu kita berjumpa dengannya diawal. Manusia
selalu mengenakan topeng untuk kesan pertama yang baik. Itu tidak salah. Hanya
saja topeng itu tidak perlu kau kenakan lama – lama. Tidak semua orang di dunia
ini siap menerima kekurangan orang lain, termasuk aku.
---------------------------------------
Apakah
kalian pernah berada pada suatu masa, dimana kalian benar – benar harus
merelakan seseorang yang begitu dekat dengan kalian? Keinginan untuk merelakan
itu muncul karena keadaan. Iya, kan?
Aku tahu
persis rasanya. Ah, tapi sesekali aku ingin mendengar cerita orang lain tentang
kehilangan. Mungkin aku bisa belajar banyak dari orang lain ketimbang belajar
dari pengalamanku sendiri. Aku muak berguru pada pengalaman yang hanya
mengingatkanku pada hal – hal yang berusaha aku lupakan. Meski mau tidak mau,
aku tetap harus berguru pada masa laluku agar tidak jatuh di lubang yang sama.
Sekarang,
di tahun yang baru, aku berusaha untuk mengurangi resiko – resiko kehilangan
itu.
Dan...Entahlah.
Aku rasa aku mulai belajar menyayangi seseorang.
Iya, masih
belajar. aku sedang menikmati proses belajar ini. Aku benar – benar bahagia.
Setidaknya diantara banyak keraguan dikepalaku, aku tidak pernah merasa seyakin
ini untuk belajar memahami seseorang.
Karena aku
tidak mau kehilangan lagi, maka aku berpikir keras untuk tidak jatuh pada jurang
kehilangan itu. Aku cukup takut dengan ketinggian. Dan bagiku, untuk memahami
seseorang itu butuh waktu seumur hidup. Terkadang aku berpikir betapa
congkaknya aku yang berusaha memahami orang lain diluar diriku. Karena
sejatinya manusia hanya memikirkan dirinya sendiri, bukan? Aku rasa kamu tidak
akan pernah memahami siapapun kecuali dirimu sendiri. Yang manusia lakukan
selama ini hanyalah mengenal manusia lainnya, tanpa benar – benar bisa memahami
seutuhnya. Ada bagian – bagian tertentu dari diri orang lain yang tidak bisa
kamu pahami. Tapi tak apa. Tugas kita bukan untuk memahami seseorang seutuhnya,
karena butuh waktu yang tidak sedikit untuk memahami seseorang secara utuh,
bukan?
Ahh...
Mungkin itulah
mengapa aku berusaha memahami dia.
Karena aku
tau, aku akan melakukan itu seumur hidupku.
Kiky - 1
Januari 2016. Kepada matahari yang tersenyum, setelah cahaya langit menari di
malam tahun baru.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.