Malam kelabu menulis luka.
Lagi, katamu.
Tumpahkan rasa di dalam cangkir yang sama
Selalu siap menampung pedihmu
Detik menuju detik
aku gelisah mendengarmu
Raut wajahmu berubah
Bukannya marah, kau terlihat pasrah
Ya Tuhan
Betapa aku benci melihat ini
Air mata itu menetes
membasahi pipi polosmu
Tak habis pikir aku
Pada angin ribut
yang memporak pondakan jiwamu
Menyayat tanpa ragu
Kepada polosnya hati
yang bahkan tak berani untuk ku sentuh
Bedebah!
Petir menyambar amarahku
Bukan karena tangismu
Melainkan pada serigala bertopeng itu
Akan ku koyak wajahnya !
Terima lah pelajaran ini !
Wahai manusia yang tak bersyukur
untuk anugerah Tuhan
Seorang malaikat,
yang baru saja aku seka air matanya
Lagi, katamu.
Tumpahkan rasa di dalam cangkir yang sama
Selalu siap menampung pedihmu
Detik menuju detik
aku gelisah mendengarmu
Raut wajahmu berubah
Bukannya marah, kau terlihat pasrah
Ya Tuhan
Betapa aku benci melihat ini
Air mata itu menetes
membasahi pipi polosmu
Tak habis pikir aku
Pada angin ribut
yang memporak pondakan jiwamu
Menyayat tanpa ragu
Kepada polosnya hati
yang bahkan tak berani untuk ku sentuh
Bedebah!
Petir menyambar amarahku
Bukan karena tangismu
Melainkan pada serigala bertopeng itu
Akan ku koyak wajahnya !
Terima lah pelajaran ini !
Wahai manusia yang tak bersyukur
untuk anugerah Tuhan
Seorang malaikat,
yang baru saja aku seka air matanya
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.